Pemecah ombak ini berasal dari bekas Kesultanan Palembang di Sumatera bagian tengah, yang terletak di sepanjang Sungai Musi. Sungai Musi yang memiliki panjang 750 km, adalah sungai terpanjang di Sumatera dan merupakan jantung kerajaan maritim Sriwijaya (yang berjaya pada abad ke-7 sampai ke-13). Selama berabad-abad, teknologi perahu berkembang seiring dengan tumbuhnya perdagangan dan transportasi di sepanjang sungai besar ini.
Simbol kerajaan
Pemecah ombak ini berasal dari kapal kerajaan Pangeran Natodirajo dan berasal dari abad ke-19. Pola bunga teratai terukir indah di atas kayu tembesu (Fagraea fragrans) yang terkenal akan kekuatan dan kehalusannya. Hanya perahu milik raja, pangeran, dan petinggi Kesultanan Palembang yang memiliki ornamen pemecah ombak ini.
Objek ini sebelumnya merupakan koleksi Museum Rumah Bari, museum yang didirikan oleh pemerintah kolonial pada tahun 1933. Pada tahun 1984 dibangunlah museum baru yang disebut Museum Bala Putra Dewa, dan benda ini bertempat di sana hingga dihibahkan kepada Pemerintah Kota Palembang.
Nyimas Ulfah Aryeni dari Museum Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang berbagi mengenai arti penting pemecah ombak dalam koleksi mereka.