Kano

Western Australian Museum

Seorang laki-laki Iwaidja bernama Robert Cunningham dari Semenanjung Cobourg membuat kano cungkil (dug-out canoe) ini pada tahun 1960-an dengan gaya klasik yang digunakan oleh kelompok Aborigin di seluruh Northern Territory dan di Kimberley, Australia Barat. Terdapat kemungkinan bahwa kano-kano ini pertama kali diperkenalkan ke Kimberley Utara melalui interaksi penduduk lokal dengan nelayan Indonesia yang merupakan hasil difusi dari Northern Territory di mana interaksi masa lalu antara kelompok pesisir Aborigin dan pengunjung musiman Indonesia didokumentasikan dengan baik.

Penambahan strake yang kemudian dijahitkan pada lambung kano kemungkinan dipengaruhi oleh pelaut Timur Tengah, Asia Tenggara, atau Eropa yang mengarungi perairan Australia Utara pada paruh kedua abad ke-19.

Sebelum pengenalan teknik cungkil untuk membuat perahu, kelompok masyarakat pesisir Aborigin utara membuat kano dari kulit kayu, biasanya terbuat dari pohon eukaliptus atau rakit kayu bakau. 'Batang kayu untuk berenang' (‘swimming logs’) masih lebih banyak digunakan dibandungkan kano cungkil di pantai timur Kimberley pada awal tahun 1900-an.

Perahu yang terbengkalai

Sangat memungkinkan bahwa desain kano cungkil didasarkan pada contoh-contoh perahu di Indonesia yang kadang ditinggalkan oleh nelayan atau diambil oleh orang Aborigin. Kano-kano ini masih terbengkalai pada tahun 1970-an, contohnya satu kano yang diteliti oleh mantan arkeolog Museum WA, Ian Crawford, kapal ini lalu hanyut ke Teluk Napier Broome pada tahun 1987.

Penggambaran perahu jenis kano ini ada pada situs seni cadas pesisir dan pedalaman di Kimberley dan Northern Territory.

Curators