Wayang Golek Sita (Sinta) modern yang berasal dari Bali ini adalah tokoh sentral dari epos Hindu India kuno Ramayana (yang berarti ‘Kehidupan Rama’). Wayang ini memakai baju batik Surakarta yang berhiaskan motif Parang dan Sidomukti. Wayang Sita ini disumbangkan ke Western Australian Museum sebagai bagian dari set wayang golek yang diperoleh oleh seorang kolektor barang antik Asia Tenggara.
Asal-usul wayang golek
Wayang golek berasal dari Sunda di Jawa Barat dan merupakan salah satu tradisi pewayangan tertua di dunia. Wayang secara umum menggambarkan perjuangan antara benar dan salah, dan ‘dilakonkan’ oleh seorang dalang yang dianggap sebagai seniman, juga ‘orang pintar’ atau perantara antara dunia nyata dan ghaib. Iringan gamelan menjadi bagian yang sangat penting dari setiap pertunjukan wayang.
Peran wayang dalam penyebaran agama
Wayang golek terbuat dari kayu, dipahat, dan dihias menyerupai tokoh Ramayana- kisah epik perjuangan Pangeran Rama untuk mendapatkan kembali istrinya, Sita (Sinta), dari raja raksasa Rahwana (Ravana), dan Mahabharata (Babad Agung) dari Dinasti Bharata yang menceritakan kisah perjuangan Pandawa Lima untuk mendapatkan kembali kerajaan mereka dari sepupu mereka yang kejam bernama Kurawa. Dalam bahasa Jawa, kata ‘golek’ berarti 'mencari’. Selama pertunjukan, penonton diharapkan mencari tahu esensi makna sebenarnya di balik setiap kisah inspiratif. Wayang menak atau wayang cepak mengacu pada cerita pewayangan dari pantai utara Jawa yang muncul dengan masuknya agama Islam. Lambat laun, kisah-kisah lokal dan epos Hindu disesuaikan dengan falsafah Islam. Selama berabad-abad, seni pewayangan di Indonesia telah diadaptasi dan digunakan untuk menyebarkan nilai-nilai religi di Indonesia.