Bukti penyeberangan laut yang dilakukan dari zaman kuno hingga saat ini, ditemukan di seluruh Indonesia dan Australia. Orang-orang, termasuk orang penduduk asli Australia, telah mengarungi Samudera Hindia setidaknya selama 60.000 tahun.
Migrasi lintas laut yang besar dari masyarakat Austronesia dimulai sekitar 5000 tahun yang lalu. Jaringan pertukaran menyebar, menghubungkan Asia Tenggara dengan India dan Cina, bahkan mencapai Mediterania. Bukti rute perdagangan jarak jauh ditemukan dalam persebaran budaya menanam padi, budaya Dong Son dari Vietnam, dan catatan mengenai perkebunan cengkeh Maluku di Tiongkok pada abad ke-3 SM.
Orang-orang juga terus bergerak di Asia Tenggara, dengan migrasi oleh Orang Laut (dari Selat Melaka) dan suku Bugis (Sulawesi) hingga abad ke-19.
Nelayan dari Asia Tenggara
Pada awal abad ke-18, orang Makassar dari Kerajaan Gowa di Sulawesi membuka jalur perdagangan antara Tiongkok dan Australia Utara. Menggunakan petunjuk dari angin muson, mereka mengunjungi Kayu Jawa (Australia Barat) dan Marege (Australia Utara) untuk mengumpulkan teripang, trochus (siput laut) dan cangkang mutiara, sirip hiu, penyu dan daging kerang. Nelayan-nelayan ini terdiri dari suku Bugis, Jawa, Seram, Sumbawe dan Bajau. Kemudian kapal datang dari Kupang di Timor Barat dan Pulau Roti.
Di Marege, khususnya, para nelayan menjalin hubungan yang langgeng dengan suku Aborigin, beberapa di antaranya kembali ke Makassar dengan armada perahu (prau). Dari Makassar, hasil panen teripang diangkut ke Tiongkok, yang lalu terkenal menjadi kuliner mewah dan diolah menjadi sup dan sebagai afrodisiak.