Objek ini merupakan replika dari sebuah liontin yang telah berusia sekitar 22.000 hingga 30.000 tahun dan ditemukan di Gua Leang Bulu Bettue, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia dan ditampilkan di pusat informasi seni gua prasejarah. Liontin asli ditemukan dengan kerajinan lainnya termasuk manik-manik dan batu berukir. Gua tempat asal benda-benda ini ditemukan berhiaskan seni kerajinan batu dengan pewarna alami oker merah.
Metode tradisional
Liontin ini terbuat dari tulang dan memiliki lubang yang telah diasah dan dihaluskan. Ada tanda-tanda keausan di sekitar lubang liontin, yang menunjukkan bahwa liontin itu mungkin telah dipasang pada kalung yang terbuat dari tali dan dikenakan di leher.
Tulang yang digunakan untuk perhiasan ini biasanya berasal dari hewan endemik di Pulau Sulawesi. Liontin ini mungkin terbuat dari tulang Kuskus Beruang (Ailurops ursinus) dan manik-manik dari Babi Rusa (Sus Celebensis). Kedua hewan endemik tersebut masih dapat ditemukan di sekitar Gua Leang Bulu Bettue, tempat ditemukannya benda-benda tersebut.
Penemuan liontin ini menggambarkan hubungan antara manusia dan hewan sejak saat masa itu, bahwa hewan tidak hanya dimakan sebagai makanan, tetapi juga digunakan untuk membuat kerajinan seni.
Penggalian yang dilakukan di Gua Leang Bulu Bettue ini merupakan proyek kolaborasi antara Australia dan Indonesia berjudul Early human symbolic behaviour in the Late Pleistocene of Wallacea (Perilaku simbolik manusia purba pada Periode Akhir Pleistosen di Wallacea).
Staff dari Badan Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan bercerita mengenai arti penting liontin yang ada dalam koleksi mereka.