Salah satu bagian dari dekolonisasi museum adalah repatriasi benda-benda yang dikumpulkan oleh otoritas kolonial yang kini dikelola oleh museum-museum di kota besar seperti London, Paris, Berlin, atau Amsterdam. Meskipun kasus-kasus penting seperti patung Parthenon (kelereng 'Elgin') tetap belum terselesaikan dan merupakan sumber ketegangan yang berkelanjutan, banyak museum mulai terlibat dengan proses ini, seringkali melalui kampanye yang dipimpin oleh perwakilan kelompok masyarakat. Sisa-sisa manusia yang disimpan selama beberapa dekade di museum Eropa dikembalikan ke tempat asalnya, termasuk ke komunitas First Nations (Penduduk Asli) di Australia. Museum-museum di Belanda juga mulai mengangkat warisan kolonialisme, baik melalui pameran seperti Slavery: ten true story dan Revolusi! Indonesia Merdeka di Rijksmuseum Amsterdam, dan melalui repatriasi objek.
Keris Diponegoro
Pengembalian keris milik Pangeran Diponegoro pada tahun 2020 merupakan contoh repatriasi. Diponegoro adalah pemimpin perjuangan melawan pemerintahan kolonial Belanda - Perang Jawa - pada tahun 1825 hingga 1830. Setelah penyerahannya kepada Hendrik Merkus de Kock, Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Sang Pangeran diasingkan dan meninggal di Makassar pada usia 69 tahun. Keris tersebut kemudian diberikan kepada raja Belanda, William I, dan disimpan di Cabinet of Curiosity milik Kerajaan Belanda sebelum akhirnya menjadi koleksi Museum Volkenkunde (Museum Etnologi) di Leiden.
Pengembalian keris ini memakan waktu yang lama. Proklamasi kemerdekaan Indonesia terjadi pada tahun 1945, setelah menyerahnya pasukan Jepang yang menduduki Hindia Belanda pada Perang Dunia Kedua dan kemerdekaan Indonesia diakui oleh Belanda pada tahun 1949. Sebuah perjanjian budaya ditandatangani oleh Indonesia dan Belanda pada tahun 1968 dan beberapa objek dikembalikan pada pertengahan tahun 1970-an, termasuk benda-benda yang berhubungan dengan Pangeran Diponegoro. Namun, keris ini hilang. Baru setelah penelitian lebih lanjut selama beberapa dekade berikutnya, keris Sang Pangeran dapat diidentifikasi dan akhirnya dikembalikan pada tahun 2020. Keris tersebut merupakan bagian dari pameran di Museum Nasional Indonesia yang dikuratori oleh Nusi Lisabilla Estudiantin yang diadakan pada tahun yang sama, yang berjudul Pameran Pusaka Pangeran Diponegoro: Pamor Sang Pangeran.