Kolonialisme dan Peninggalannya

Museum sering menjadi agen kolonial dalam hal klasifikasi dan penyajian kisah mengenai manusia dan objek. Banyak museum yang menampilkan dan bahkan membenarkan keuasaan penjajah. Peninggalan ini tidak berakhir dengan proses politik dan dekolonisasi pada paruh kedua abad ke-20 . abad. Ketidaksetaraan, rasisme, dan diskriminasi memicu perlawanan seperti yang kita lihat dalam Gerakan Black Lives Matter. Belakangan ini, museum ditantang untuk mengakui peran mereka dalam sejarah kolonial pengaruhnya dalam kerja permuseuman. Praktik dekolonisasi museum berarti perubahan signifikan yang tidak hanya mencakup repatriasi koleksi. Prosesnya dapat bermacam-macam, tetapi pada intinya harus melibatkan kelompok masyarakat yang terpinggirkan atau disalahpahami demi membangun hubungan yang lebih baik. Pendekatan ini juga memperluas perspektif dan mengakui berbagai jenis pengetahuan di luar pengetahuan Barat. Museum Nasional Indonesia, misalnya, telah bekerja sama dengan komunitas untuk melakukan kajian ulang pada Gelang Tumbuk yang diambil saat ekspedisi militer kolonial di Aceh oleh Belanda. Gelang tersebut kini tidak lagi merepresentasikan kemenangan kolonial, namun dapat mewakili kisah sosial sebuah masyarakat. Objek lain yaitu penggiling kopi koleksi Museum Pedir di Aceh menggambarkan bagaimana peran dan perubahan fungsi sosial kopi bagi masyarakat di daerah tersebut, misalnya bagaimana Belanda sempat melarang orang Aceh menanam dan mengkonsumsi kopi pada awal abad ke-20.